Empat Amalan Selamat Dari Siksa Kubur Part 2

Disebutkan dalam Kitab Tanbihul Ghofilin karangan Syaikh Nashr Bin Muhammad Bin Ibrohim Assamarqandy ;
“Adapun empat perkara yang hendaknya dijauhi (agar terhindar dari siksa kubur) adalah (1) berbohong, (2) berkhianat, (3) mengadu domba dan (4) (sisa air) kencing.”

Pertama,

Kebohongan adalah hal yang akan menyebabkan seseorang disiksa di dalam kubur. Kebohongan bukan hanya akan berdampak pada siksa kubur, tetapi juga akan menjadikan sesorang tidak selamat di akhirat. Sebaliknya, orang yang bisa menjaga diri dari sikap berbohong akan selamat di dunia. Bukan hanya selamat, tapi akan mendapatkan keuntungan di dunia dan akhirat.

Dalam sebuah riwayat dikatakan ada seseorang yang meminta nasihat kepada Rasulullah, : “Ajarilah aku akhlaq yang dengannya aku bisa mendapatkan dunia dan akhirat. Rasulullah menjawab, “Janganlah berbohong!”.

Kedua,

amalan yang harus dijauhi agar terhindar dari siksa kubur adalah berkhianat. Khianat adalah mencederai janji. Khianat dan berbohong merupakan dua dari  tiga ciri-ciri orang munafik. Khianat merupakan lawan dari amanah. Orang yang tidak menjaga amanah adalah orang yang berkhianat. Orang yang berkhianat akan diancam dengan siksa kubur kelak ketika meninggal. Sebaliknya, orang yang tidak berkhianat atau menjaga amanah ia akan selamat di dunia dan di akhirat. Bahkan, orang yang amanah adalah salah satu ciri orang yang bertaqwa dan kelak akan mewarisi surga, sebagaimana disebutkan dalam QS 23:08 : “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”.

Ketiga,

amalan yang harus dijauhi agar terhindar dari siksa kubur adalah mengadu domba. Adu domba adalah salah satu sifat tercela yang akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Orang yang baik-baik dan rukun-rukun saja dalam berinteraksi secara social bisa bermusuhan karena adanya adu domba. Karenanya, orang yang suka mengadu domba diancam tidak akan masuk surga. Jangankan untuk masuk surga, mencium bau surgapun tidak akan diijinkan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan ada sesorang lelaki yang memiliki saudari kandung. Sang saudari mengeluhkan perihal sakitnya kepada lelaki itu. Kemudian lelaki tersebut membesuknya. Tak lama setelah itu saudarinya meninggal. Lelaki tersebut mengurus jenazahnya hingga pemakamannya. Sesampai di rumah sang lelaki baru teringat jika dompetnya terjatuh ke dalam liang lahad jenazah saudarinya.

Kemudian lelaki itu mengajak temannya untuk menggali makam saudarinya. Setelah digali ternyata dalam liang lahad itu ada api yang menyala-nyala. Lianag lahad kembali diratakan. Kemudian ia pulang dan ditanyakanlah perihal itu pada ibunya tentang perilaku saudarinya semasa hidup.

Sang ibu balik bertanya, “kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu yang sudah meninggal?” Lalu sang ibu bercerita, “bahwa dia (almarhumah) selalu menunda sholat, wudhunya tidak sempurna, ia suka menguping tetangganya kemudian esoknya ia bercerita pada orang lain untuk mengadu domba…”

Keempat,

amalan yang harus dijauhi agar seseorang selamat dari siksa kubur adalah membersihkan diri dari air kencing. Banyak orang yang sholatnya tidak sah karena belum tuntasnya dalam mensucikan diri dari air kencing, entah karena terciprat air urinnya, ataupun karena pola buang air yang tidak sempurna, sehingga masih keluar walaupun setetes setelah dibersihkan, tanpa disadarinya.

Banyak orang yang disiksa di dalam kubur karena tidak sucinya dalam thaharah (bersuci). Maka jika ingin selamat dari siksa kubur menjadi sangat penting untuk selalu tuntas dalam buang air agar benar-benar bersih dari kotoran dan suci dari benda najis apapun.

Semoga kita semua mampu menjaga diri agar tidak berbuat keempat hal tersebut. Andaipun kita pernah, dan bahkan mungkin masih melakukannya, kita berharap agar diberikan kemudahan untuk segera mentaubatinya. Semoga kita sekalian selamat di dunia, selamat di alam kubur, selamat juga kelak di akhirat. Wallahu a’lam.

Sumber bacaan : Kitab Tanbihul Ghofilin

 

Abdul Latip, M.M.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *