Mensyukuri Nikmat

Dalam keadaan sedang tidak bahagia, karena apa yang menjadi harapannya pupus terkadang seseorang berpikir bahwa dirinya adalah sebagai orang yang paling tidak bahagia di dunia ini. Terlebih secara beruntun apa yang diidamkannya selalu kandas. Entah soal ekonomi, keluarga, bisnis dan bahkan asmara.

Tidak sedikit dari mereka yang gagal menganggap ketidakberhasilannya sebagai kutukan tuhan. Walhasil, ibadah dan doa menjadi malas ia lakukan, karena dianggapnya akan sama saja. Orang yang demikian ini adalah orang yang sedang lupa. Lupa jika rukun iman yang kelima adalah percaya kepada takdir. Yakni, mengimani bahwa segala sesuatu itu tak lepas dari keputusan-Nya.

Tugas manusia adalah mengusahakan. Usaha lahir dan batin. Selebihnya tuhanlah yang menentukan. Mari kita cek, apakah yang kita harapkan adalah sebuah kenikmatan atau bukan. Jika itu kenikmatan maka apakah kenikmatan yang kita inginkan itu adalah kenikmatan tambahan atas nikmat-nikmat tuhan yang telah banyak diberikan kepada kita. Seharusnya apapun keinginan yang kita panjatkan yang jika itu terkabul maka itu adalah tambahan kenikmatan. Jika memang itu adalah kenikmatan itu adalah tambahan kurnia maka kuncinya ada pada syukur kita. Maka sudahkan kita mensyukuri apa yang sudah dan sedang kita punyai?

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *