7 Etika Bisnis Ala Rasulullah Yang Patut Diteladani

Yuk, ketahui cara bisnis ala Rasulullah yang bisa kamu pelajari.

Sebagai umat Islam, meneladani Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan, tak terkecuali perihal bisnis.

Dikutip dari Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, sejarah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menggembala ratusan kambing semenjak kecil.

Kegiatan ini menjadi salah satu media pendidikan bisnis bagi beliau. Saat menginjak dewasa, Rasulullah pun mantap memilih karirnya sebagai pebisnis.

Selama berbisnis, Rasulullah menjadi pengusaha yang sukses. Dengan tetap menerapkan nilai-nilai agama Islam di dalamnya.

1. Bersikap Jujur

Dalam berbisnis, kamu dilarang untuk berlaku curang. Dengan menambah atau mengurangi timbangan.

Allah SWT pun berfirman:

“Celakalah untuk orang yang tidak jujur, yakni orang yang jika menerima takaran dari yang lain, mereka meminta dicukupi, dan jika mereka membuat takaran atau penimbangan sesuai bagi yang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Mutaffifin)

2. Tolong Menolong

Maksudnya, yakni pelaku usaha sudah seharusnya tidak hanya memikirkan keuntungan semata.

Namun, harus memiliki perilaku yang ta’awun atau tolong menolong dalam hal kebaikan terutama dalam usaha. Misalnya, dengan mengadakan promosi yang keuntungannya digunakan untuk membantu orang-orang tidak mampu.

3. Tidak Menumpuk Harta

Menumpuk harta dalam hal ini adalah menimbun barang-barang yang akan dijual sehingga nanti bisa dibeli pelanggan dengan harga tinggi.

Cara berbisnis seperti ini sangat tidak dianjurkan oleh Rasulullah. Sebab, lebih banyak menciptakan kerugian pada orang lain.

4. Barang Yang Dijual Harus Halal

Di mana barang yang dijual harus halal dan suci, jadi bukan barang-barang terlarang yang bisa mendatangkan keburukan.

Adapun barang-barang haram yang tidak boleh diperdagangkan menurut sabda Rasulullah SAW, yaitu: “Sesungguhnya Allah melarang bentuk usaha miras, bangkai, babi, maupun patung.” (H.R. Jabir)

5. Bersaing Secara Sehat

Jadi, tidak boleh mengejek atau menjelek-jelekkan usaha yang lain, supaya pelanggan membeli terhadapnya.

Hal ini sudah diterangkan secara jelas dalam hadist, di mana Rasulullah bersabda: “Janganlah seseorang di antara kalian menjual memiliki tujuan dalam menjelekkan apa yang dijual yang lainnya.” (H.R. Muttafaq ‘alaih)

6. Transaksi Jual Beli Tanpa Paksaan

Baik penjual maupun pembeli harus sama-sama ridho. Jangan terlalu memaksakan kehendak agar orang-orang membeli usaha kamu.

Hal ini juga telah diterangkan dalam firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, tidak boleh bagi kamu saling memakan harta sesama melalui jalan yang bathil, kecuali melalui cara usaha yang saling suka di antara kamu.” (QS. An-Nisa’)

7. Pandai Melihat Peluang

Fathanah artinya pandai melihat peluang. Kemudian, memanfaatkan peluang tersebut untuk kebaikan.

Kamu pun bisa meneladani sifat ini dalam berbisnis. Coba untuk lebih peka terhadap permasalahan di sekitar. Lalu, pikirkan bagaimana cara memanfaatkan peluang tersebut untuk membuka usaha.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *