Menghilangkan atau menolak suatu bahaya dalam menghadapi wabah yang penularannya melalui bersentuhan atau menghindari kerumunan yang paling ideal adalah dengan berdiam diri di rumah. Tujuannya tentu agar tidak menjadi bagian yang terkena wabah, terlebih menjadi bagian yang menjadi sarana penularan. Mengisolasi diri dari kerumunan atau yang sering dikenal dengan istilah social distancing atau sekarang disempitkan menjadi physical distancing adalah sesuatu yang saat ini dianggap paling efektif mencegah laju sebaran virus wabah.
Maka berdiam diri di rumah bagi yang memungkinkan adalah suatu tindakan yang sangat dianjurkan. Tindakan yang merupakan bagian dari ibadah karena mengikuti anjuran Rasulullah. Tetapi bagaimana bagi yang nasibnya belum memungkinkan untuk berdiam diri di rumah karena satu dan lain hal? Dalam kaidah fiqh disebutkan adh-dhororu yuzalu, bahwa bahaya itu harus dihilangkan. Jika memang keluarnya dari rumah masih dalam daerah yang belum terlalu berisiko tinnggi dan dengan menerapkan penggunaan Alat Perlindungan Diri (ADP) yang cukup maka hal itu bisa jadi merupakan hal yang masih diperbolehkan, karena risiko bahayanya telah diminimalisir.
Orang yang beriman memiliki pemahaman yang spesial dalam melihat sebuah musibah. Bagi orang yang beriman, suatu musibah yang menimpa akan menjadi ladang pahala dan semakin menambah keimanannya dan pundi-pundi pahalanya. Disebutkan dalam kitab Fathul Bari’, dari ‘Aisyah ra, Rasululllah saw bersabda : “Bahwa wabah bisa jadi merupakan adzab bagi orang yang Allah kehendaki, tetapi wabah itu bisa menjadi rahmat bagi orang mukmin. Maka barang siapa yang menghadapi wabah itu dengan sabar dan mau berdiam di rumah seraya bersabar dan ikhlas sedangkan dia mengetahui tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mati syahid.”
Apapun yang terjadi di dunia ini sudah ada dalam qodlo dan qodar-Nya. Segala hal yang terjadi di mata Allah adalah baik, karena Allah adalah dzat yang maha baik. Dengan musibah wabah ini, orang yang telah lama melupakan-Nya setidaknya akan tak nyaman dengan perilaku buruknya, dan kemudian diharapkan menghentikan perilaku buruknya. Orang-orang yang soleh akan semakin bersabar, tawakkal, mendekat kepada-Nya dengan bermuhasabah dan berdoa kepada-Nya..
Mari cegah meluasnya wabah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan melakukan upaya-upaya penangakalan virus dengan usaha yang maksimal disertai dengan tawakkal (penuh kepasrahan) sejak kita berusaha. Mari sadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas ijin Allah, dan lalu karenanya kita harus ikhlhas dan ridho terhadap apapun yang menjadi keoutusan-Nya. Semoga Allah swt senantiasa memberikan perlindungan bagi kita semuanya.





